TRADISI BARZANJI DALAM TINJAUAN SYARIAT (2)

Posted on

BAB. II SOROTAN TERHADAP TRADISI BARZANJI
A. Apa itu barzanji ?
Barzanji atau al Barzanji adalah sebuah karya tulis seni sastra yang memuat kehidupan Nabi Muhammad SAW.Karya sastra ini dibaca dalam berbagai upacara keagamaan di dunia Islam,termasuk di Indonesia sebagai bagian yang menonjol dalam kehidupan beragama tradisional.
Kitab ini memuat riwayat kehidupan Nabi Muhammad SAW:Silsilah keturunannya,kehidupan semasa kanak-kanak,remaja,dewasa sampai diangkat menjadi rasul.Barzanji mengisahkan juga sifat-sifat yang dimiliki Nabi SAW dan perjuangannya dalam menyiarkan agama Islam dan menggambarkan kepribadiannya yang agung untuk dijadikannya teladan bagi umat manusia.
Kitab Barzanji yang nama aslinya ‘Iqd al Jawahir (Kalung Permata) di tulis oleh Syekh Ja’far al Barzanji bin Husin bin Abd Karim (1690 M-1766 M) yang lahir di Madina di kampung kelahirannya Barzanji.Nama Barzanji mulai terkenal di dunia Islam ketika Syekh Mahmud al Barzanji memimpin pemberontakan nasional Kurdi terhadap Inggeris yang waktu itu menguasai Irak (1920-an).Kitab ini ditulis dengan tujuan (Menurut penulisnya) untuk meningkatkan kecintaan kepada Nabi SAW dan agar umat Islam meneladani kepribadiaannya.
Di dalam Kitab al Barzanji dilukiskan riwayat hidup Nabi SAW dalam bahasa yang indah,berbentuk puisi,prosa dan qasidah yang sangat menarik perhatian orang yang membaca,mendengarnya apalagi yang memahami arti dan maksudnya.Kitab al Barzanji dalam bahasa aslinya (Arab) di baca di mana-mana dalam berbagai kesempatan,seperti peringatan mauled,upacara pemberian nama seorang bayi,acara sunatan (khitanan),Upacara pernikahan,upacara memasuki rumah baru,berbagai syukuran dan ritual lainnya sebagai ritual yang dianggap meningkatkan iman dan membawa manfaat yang banyak.(Dirangkum dari Ensiklopdi Islam Jilid 1: 2003).

B. Bagaimana itu barzanji ?
1. Barzanji dilihat dari tujuannya
Dilihat dari tujuannya, maka sesungguhnya barzanji itu baik yaitu meningkatkan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW.Namun niat yang baik tidak bisa dijadikan dasar kebenaran suatu amalan. Karena pembacaan barzanji yang dianggap dapat meningkatkan kecintaan terhadap Nabi Muhammad SAW tidak memiliki dasar dan tuntunan sunnah baik Al Qur’an dan Al Hadist. Allah SWT telah mengajarkan kepada kita, bahwa cara mencintai Nabi SAW adalah :
a. Mentaati atau mengikuti sunnahnya
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dan apa yang dilarangnya maka tinggalkanlah” (QS. Al Hasyr : 7).
“Taatilah Allah dan Rasul-Nya agar kamu mendapat rahmat” (QS.Ali Imran : 132).
b. Meneladani Akhlaknya
“ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS. Al Ahzab : 21).
Bagaimana seorang pembaca barzanji mengetahui dan meneladani akhlak Rasulullah SAW kalau barzanji itu dibaca dalam bahasa aslinya (Arab) baik pembaca maupun pendengar sama-sama tidak mengerti arti kalimat-kalimat yang dibacanya. Tuntunan Allah SWT untuk mengenal dan meneladani akhlak Rasulullah SAW adalah membaca dan memahami isi Al Qur’an karena dalam Al Qur’anlah akhlak-akhlak Rasulullah SAW.
c. Membacakan salawat kepada Nabi
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi.Hai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah penghormatan kepadanya” (QS. Al Ahzab : 56).
Mengucapkan salawat pun tidaklah semaunya kita tetapi ada tuntunannya dari Nabi SAW dan tidak terbatas waktunya yaitu nanti pada saat pembacaan kitab Al barzanji.
Bagi umat Islam yang memahami bahasa Arab, tentu mereka bisa memahami akhlak dan kehidupan Rasulullah SAW.Dengan pemahaman itulah bisa saja meningkatkan kecintaannya kepada Nabi.Itupun tidak boleh keluar dari tuntunan Allah dan Rasul-Nya.
2. Barzanji dilihat dari pandangan sebagian masyarakat Islam
Ada beberapa pandangansebagian masyarakat Islam terhadapbarzanji, antara lain :
a. Membaca barzanji sebagai wujud kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW
Umumnya para pengikut tradisi barzanji berpendapat bahwa membaca barzanji adalah wujud kecintaan kepada Nabi SAW.Namun pendapat itu tidak sesuai dengan kenyataan karena mereka lebih menyukai amalan ini yang bukan sunnah daripada melakukan sunnah nabi bahkan mereka menganggap barzanji lebih utama daripada melaksanakan syariat yang diajarkan Rasulullah SAW. Salah satu bukti bahwa mereka lebih mengutamakan barzanji dari pada amalan syariat Islam, adalah ketika terdengar adzan di masjid yang memanggil mereka untuk shalat berjamaah, maka hanya beberapa orang yang bersedia memenuhi seruan itu padahal itu adalah sunnah. Tetapi ketika mengingat bahwa ada undangan barzanji di rumah si Fulan, maka mereka berlomba-lomba menghadirii jamaah barzanji itu dan lebih sesatnya lagi mereka melewati orang-orang yang berjamaah di masjid atau urusan shalatnya ditunda dulu nanti pulang barzanji, padahal itu bukan Sunnah.Allah SWT telah mengajarkan umat Islam bahwa wujud kecintaan kepada Nabi SAW, yaitu mengikuti sunnahnya, meneladani akhlaknya, dan memperbanyak salawat kepadanya.Shalat berjamaah di masjid lebih utama dari berjamaah barzanji (yang tidak memiliki keutamaan).
b. Barzanji adalah sesuatu yang harus dilakukan bila melakukan peringatan maulid, sunatan, pernikahan, mendirikan rumah, dan sebagainya.
Pendapat ini tidak memiliki dasar dan tuntunan sunnah, baik dari Rasul, sahabat, Tabi’in maupun tabiat tabi’in, karena barzanji termasuk perkara yang diada-adakan.Tidak ada dalil syar’i yang mensyariatkan pembacaan sejarah hidup Nabi SAW bila hendak melakukan suatu hajatan.Pembacaan sejarah Nabi tidak ada keharusan dan ketetapan waktunya.Kapan dan di mana saja kalau ada kesempatan kita bisa membaca sejarah Nabi yang sebenarnya.
c. Barzanji dapat mendatangkan berkah
Pendapat ini jelas bertentangan dengan ajaran Allah dan Rasul-Nya. Kalau barzanji diyakini mendatangkan berkah berarti diyakini bahwa barzanji yang hanya berisi sejarah Nabi memiliki kekuatan menandingi kekuatan Allah SWT. Allah memiliki kekuatan untuk mendatangkan berkah melalui jalan yang telah diajarkannya, antara lain membaca Al Qur’an, mentaati Rasul, berzikir, bersedekah atau berdoa kepada Allah.Kalau meyakini barzanji dapat mendatangkan berkah maka itu sudah mengarah kepada syirik.
Kebanyakan manusia melihat berkah itu dari meningkatnya kehidupan keduniaan atau bertambahnya harta.Padahal berkah menurut Allah dan Rasul-Nya adalah berupa iman,hidayah,ilmu,pahala,keselamatan hidup di dunia dan diakhirat.Sedangkan harta di mata Allah hanyalah cobaaan yang bisa mengantar kita menuai azab.
“Al Quran itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati,maka ikutilah dia dan bertakwalah agar diberi rahmat” (QS.Al An Aam:155).
d. Barzanji dapat membuang sial atau menolak bala
Barzanji itu hanyalah tulisan biasa, tidak menandingi Al Qur’an dan Al Hadist.Barzanji tidak memiliki kekuatan apa-apa untuk membuang sial atau menolak bala. Segala kesialan dan bala datangnya dari Allah dan tidak ada yang bisa menghalangi kedatangannya kecuali Allah sendiri.Kesialan atau bala adalah takdir yang telah ditetapkan sebelum manusia diciptakan dan takdir itu ditulis kembali ketika manusia berada di dalam Rahim ibu,yaitu pada umur 120 hari (HR.Muslim).
“Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan sendiri (kesialan) kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia” (QS.Yunus : 107).
“Tiada suatupun bencana yang menimpa di bumi dan tidak pula diri sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfudz) sebelum kami menciptakannya” (QS. Al Hadid : 22).
Allah SWT telah mengajarkan kepada umat manusia upaya agar bisa terhindar dari kesialan yaitu
“ berdoalah kepada-KU, niscaya Aku akan memperkenankannya” (QS. Almukmin : 60). Allah dan Rasul-Nya tidak mengajarkan cara untuk bisa terhindar dari kesialan adalah memperbanyak membaca sejarah Nabi.
3. Barzanji dilihat dari isinya
Kitab Al barzanji memuat riwayat kehidupan Rasulullah SAW mulai dari masa kecilnya sampai wafatnya. Bagi orang yang dianugerahi akal dan mempergunakan akalnya tentu bertanya :
a. Apa hubungannya pembacaan riwayat kehidupan nabi dengan hajatan bangun rumah ?
b. Apa hubungannya pembacaan riwayat kehidupan nabi dengan hajatan sunatan ?
c. Apa hubungannya pembacaan riwayat kehidupan nabi dengan hajatan pernikahan ? dan sebagainya.
Kalau pada acara aqiqah anak, mungkin ada hubungannya itupun kalau dibaca dalam bahasa kita dan dimengerti isinya tetapi apa hubungannya kalau riwayat nabi itu dibaca dalam bahasa Arab di depan orang-orang yang tidak mengerti bahasa Arab, bukankah itu termasuk perbuatan bodoh dan membodohi orang lain?
Bagi orang yang memahami isi barzanji tentu akan menemukan beberapa hal yang menyesatkan Umat Islam, antara lain :
a. Kitab barzanji mengutamakan keindahan bahasa (seni sastra) sampai mengandung kalimat yang melebih-lebihkan dan kedustaan karena tidak sesuai dengan fakta sejarah dan kitab sejarah Nabi Muhammad lainnya padahal Rasulullah SAW melarang umatnya mengkulkultuskan (melebih-lebihkan) dirinya seperti halnya umat Nasrani melebih-lebihkan Isa Putra Maryam,”Aku hanyalah seorang hamba dan utusan-Nya’(HR.Bukhari). Beberapa kalimat yang kami dapati dalam kitab barzanji yangmelebih-lebihkan nabi SAW (Sikap guluw) atau dusta, antara lain :
1). Kabar tentang Nabi Muhammad SAW berzikir dan bertalbiyah kepada Allah di dalam sulbi nenek moyangnya.
“Fihr,bin Malik,bin Nadhr,bin Kinahah,bin Huzaimah,bin Nudrikah,bin Ilyas
Dan dialah orang yang mula-mula sekal menghadiakan unta yang disembelih di bumi haram kota Mekkah
Di dalam sulbinya,didengar Nabi SAW berzikir dan bertalbiyah kepada Allah
Darimana penulis (Syekh Jafar al Barzanji) mendapat informasi seperti ini,sedangkan Allah tidak menceritakan seperti itu dalam al Quran dan tidak ada informasi seperti itu dalam kitab-kitab hadis,sedangkan kitab al Barzanji itu dibuat jauh sebelum Nabi SAW wafat.
2).Pada kisah menjelang kelahiran Nabi
“Buah-buahan pun segera menjadi masak, sedap, dan cabang serta dahannya melengkung dan merendah”.
“Dan seluruh binatang melata kepunyaansuku Quraisy berucap tentang kandungan yang telah dikandungnya dengan ucapan yang fasih”.
“Sedangkan singgasana raja-raja kafir dan berhala-berhalanyarubuh-runtuh berantakan”.
“Binatang-binatang liar di belahan bumi sebelah timur dan barat serta binatang laut pun ikut bersuka ria”.
“Seluruh penghuni alam menyatakan pula rasa kegembiraannya”.
“Juga pihak golongan jin diberikan rasa kesenangan, sedangkan ahli nujun, tukang sihir, tertimpa kerusakan, serta para pendeta Nasrani menjadi gentar hatinya karena ketakutan”.
Dalam fakta sejarah dari kitab yang penulis baca tak satupun yang menceritakan seperti itu. Yang ada dan sesuai Al Qur’an hanya tentara gajah pimpinan Abrahah yang dikirim Allah dihancurkan oleh burung Ababil karena hendak menghancurkan Ka’bah. Tidak ada dalam Buku Sejarah bahwa binatang-binatang di Arab pernah fasih berbicara seperti manusia yang bercerita tentang isi kandungannya kecuali terjadi pada zaman nabi Sulaeman as..Dari mana penulis barzanji ketahui bahwa binatang liar yang tinggal di hutan-hutan dan ikan-ikan yang ada di dalam laut ikut bergembira menjelang kelahiran Nabi SAW, kecuali dalam film animasi untuk anak-anak.
3).Pada kisah kelahiran Nabi SAW
“Balai dan kantor-kantor pemerintah di negeri Madain memecah dan membela”
“Empat belas anjung beranda yang menjulang tinggi runtuh berantakan”
“Singgasana raja-raja besar Anusyarwanpun retak pula,karena tergoncang dengan kejadian besar kelahiran Nabi SAW”
“ Api sesembahan di negeri-negeri jajahan Persia padam seketika” dan seterusnya.
Dalam buku-buku sejarah Nabi SAW dan dalam buku sejarah umum (selain Barzanji) tidak ada yang mengisahkan peristiwa seperti itu.Tidak ada paman-paman atau sahabat Nabi SAW yang bercerita seperti itu padahal mereka hidup ketika Nabi SAW dilahirkan.Dari kitab dan hadist-hadist mana penulis mengambil rujukan kisah seperti itu,kalau berdasarkan olah seninya tanpa memperhatikan kebenaran fakta,maka itu termasuk menyebarkan kebohongan.
b. Kitab Barzanji mengajari manusia manusia memanjatkan do’a kepada Allah dengan perantaraan orang-orang yang telah mati,padahal Allah dan rasul-Nya tidak pernah mengajarkan seperti itu.Allah dan Rasul mengajarkan kepada kita berdoa langsung kepada-Nya.kalaupun menggunakan perantara,itupun dibolehkan hanya dengan menggunakan Asma-ul huzna (QS.Al Israa:110) atau menyebut kebaikan yang pernah dilakukan (HR.Muslim) bukan perantaraan arwah orang mati sekalipun seorang nabi.
Ada beberapa kalimat yang penulis dapati dalam kitab Barzanji yang memakai perantara orang-orang yang telah mati dalam berdoa,antara lain:
“Kami bermohon kepada-Mu,ya Allah dengan nur-Mu yang suci yang dapat melenyapkan kegelapan bentuk keraguan”
“Dan kami berperantaraan kepada-Mu dengan diri nabi-Mu yang terpuji”
“Dan orang-orang yang menjadi penutup pada nabi pada wujudnya dan menjadi permulaan pada pengertiannya”
“Dan berperantaraan dengan keluarganya,bagaikan bintang-bintang yang menjadi keamanan para makhluk dan bagaikan bahtera keselamatan”
“juga berperantaraan dengan para sahabatnya yang mempunyai sifat-sifat keutamaan,yaitu orang-orang yang menyerahkan jiwanya karena mengagungkan nama Allah,dengan tujuan menuntut anugerah karinia-Nya”
“Dan berantaraan juga dengan ulama penerus syariatnya,yang mempunyai martabat terpuji dan mempunyai tingkat keistimewaan”
Berdoa dengan cara diluar tuntunan sunnah apalagi dilakukan di atas amalan yang bukan syariat sunnah maka Rasulullah SAW memastikannya bahwa doa-doa itu ditolak atau tidak akan dikabulkan oleh Allah SWT.
”Barangsiapa yang mengada-adakan dalam urusan (agama) kami yang bukan perintah kami maka amalan itu pasti di tolak”,”Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang tidak ada atasnya syariat (perintah) kami maka tertolak” (HR.Bukhari-Muslim).
4. Barzanji dilihat dari sisi manfaat dan kerugiannya
a. Manfaat amalan barzanji
Kita adalah penduduk akhirat yang diberi sedikit waktu untuk mencari bekal di kampung dunia.Makanya Allah SWT melalui Al Quran menyuruh manusia,
“Carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat,dan janganlah kamu melupakan kebahagiaan dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu” (QS.Al Qashash:77).
Berdasarkan seruan Allah di atas,maka manfaat suatu amalan hendaknya dilihat dari dua sisi,yaitu kepentingan akhirat dan kepentingan dunia.
1). Manfaat ukrawi (keakhiratan).
Manfaat ukrawi adalah dalam bentuk rahmat/berkah atau balasan pahala yang nantinya (diakhirat) akan dinikmati.Suatu amalan akan diterima dan dibalasi oleh Allah bila memenuhi dua syarat,yaitu amalan itu dilakukan semata-mata mengharap rahmat/ridho Allah (Ikhlas);dan amalan itu memiliki dasar dan tutunan dalam syariat Allah yaitu Al Quran dan Hadist.Lalu bagaimana dengan amalan barzanji,apakah memenuhi kedua syarat ini ?.
Barzanji,walaupun dilakukan dengan ikhlas,namun amalan ini tidak akan diterima oleh Allah karena tidak memenuhi syarat yang kedua,yaitu tidak ada perintah dan tuntunan dari Rasulullah untuk melakukan amalan itu.Karena barzannji itu ada jauh setelah meninggalnya Rasululah SAW (1000 tahun).Rasulullah telah menyatakan bahwa,
”Barang siapa yang melakukan suatu amalan yang tidak ada atasnya syariat (perintah) kami,maka tertolak”(HR.Bukhari dan Muslim).
Rasulullah SAW telah mengingatkan umatnya agar,
“Jauhilah perkara baru yang diada-adakan (dalan urusan agama),karena setiap perkara baru yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat”dan pada hadist lain dikatakan”Setiap kesesatan balasannya adalah neraka” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
Jadi tidak ada rahmat,berkah maupun balasan yang diperoleh dari amalan barzaji,termasuk doa-doa yang diucapkan di dalamnya tidak akan diterima oleh Allah.
2). Manfaat duniawi (keduniaan)
Manfaat duniawi adalah dalam bentuk materi,kesenangan dunia dan lainnya yang bisa diperoleh dalam kehidupan di atas bumi ini.Secara dunia,manfaat yang bisa diperoleh dari amalan barzanji,antara lain
– Terpenuhinya hawa nafsu,yatu nafsu makan setelah barzanji atau memperoleh sedikit sedekah
– Silaturrahim sesama warga masyarakat
– Pujian dari masyarakat sebgai orang yang setia pada tradisi nenek moyangnya.
– Kalaupun ada yang mengalami kemajuan secara materisetelah mengadakan barzanji, maka itu adalah upaya setan untuk memperkuat persangkaannya bahwa barzanji dapat mendatangkan berkah, sebagaimana yang ifirmankan Allah SWT.
Tetapi manfaat seperti diatas masih perlu dipertimbangkan mengingat resiko kalau kita melakukan amalan bid’ah atau amalan baru yang diada-adakanapakah hanya dengan sesuap nasi atau sepeser uang kita mau membeli neraka.Apalah arti pujian manusia kalau Allah dan rasul-Nya membenci kita karena berpaling dari peringatan-peringatannya,karena mengikuti ajaran-ajaran lain selain ajaran Allah dan rasul-Nya.
b. Kerugian meninggalkan barzanji
Seperti halnya manfaat melakukanbarzanji,kerugian melakukan dan meninggalkannya dilihat pula dari sisi ukrawi dan duniawi.
1). Kerugian secara ukrawi
Barzanji bukanlah suatu amalan ibadah dan tidak bisa dianggap sebagai tujuan ibadah,karena tidak ada dasar dan tuntunannya dalam Al Quran dan hadist.Secara ukrawi meninggalkannya tidak akan mengundang murka Allah,justru sebaliknya merupakan suatu keutamaan dan mengundang berkah serta ridho Allah.Allah yang menyuruh kita untuk tetap dalam kebenaran (syariat-Nya) dan meninggalkan amalan yang diada-adakan dalam urusan agama.
“Ikutilah syariat itu dan janganlah mengikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui”(QS.Al Jaatsyah:18).Allah dan rasul-nya tentu lebih suka kalau kita taat melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-nya(QS.Al Hasyr:7).
2). Kerugian secara duniawi
Secara duniawi,meninggalkan tradisi barzanji tidak akan menimbulkan kerugian secara materi seperti berkurangnya kekayaan dan juga tidak akan menimbulkan murka atau kutukan nenek moyang.Islam tidak mengajarkan adanya kutukan dari orang-orang yang telah mati (nenek moyang).Kalaupun ada orang kesurupan mengaku sebagai arwah nenek moyang yang marah karena tradisinya ditinggalkan,maka yakinlah bahwa itu hanyalah tipu daya syaitan karena tidak ada keterangan dari Allah dan Rasul-Nya bahwa arwah manusia bisa kedunia dan masuk ke dalam tubuh manusia yang masih hidup.Yang ada adalah keterangan dari Rasulullah SAW bahwa setan (jin),bisa masuk kedalam tubuh manusia,mengikuti aliran darah HR.Bukhari).Jadi yang bisa membuat manusia kesurupan hanyalah syaitan dari bangsa jin.
Dari sisi keduniaan,kerugian yang mungkin bisa ditimbulkan hanyalah celaan,dijauhi dari masyarakat.Masyarakat menganggap kita sebagai orang asing,pengikut aliran baru atau aliran sesat.Tetapi Allah tetap bersama kita dan memberikan solusi menghadapi semua itu,antara lain:
“Bersabarlah terhadap apa yang mereka katakana dan bertasbihlah sambil memuji Tuhamu”(QS.Qaaf:39).
“Bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik”(QS.Al Muzammil:10)
“Bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu dan janganlah kamu ikuti orang-orang yang berdosa”(Qs.Al Insan:24).
“Bahwasanya Allah beserta dengan orang-orang yang bersabar”(QS.Al BaqaraH;153).

2 respons untuk ‘TRADISI BARZANJI DALAM TINJAUAN SYARIAT (2)

    Kang Mulya said:
    23 Januari 2015 pukul 09.30

    ANDA SOK PINTAR APA HUBUNGANNYA BARZANJI DENGAN KUTUKAN?

      yayuelsah responded:
      13 Mei 2015 pukul 15.45

      tidak ada hubungannya antara barzanji dengan kutukan nenek moyang,itu cuma prasangka yang berkembang dalam lingkungan masyarakat penulis yang mereka takut mendapat kutukan nenek moyang bila tidak melakukan ritual barzanji setiap akan melakukan suatu hajatan.

Tinggalkan Balasan ke Kang Mulya Batalkan balasan